Rabu, 09 Desember 2009

Benarkah Minuman Berenergi Memberikan Efek Yang Buruk Bagi Kesehatan Tubuh?


Apa yang akan Anda lakukan jika berada dalam suasana yang sangat panas dan melelahkan? Hampir dapat dipastikan, jawabannya adalah meneguk minuman yang segar, dingin dan mampu memulihkan energi. Salah satu dari jenis minuman yang sangat populer untuk mengusir dahaga dan sekaligus memberi kenikmatan yang luar biasa adalah minuman berenergi yang belakangan marak diperdagangkan. Apabila Anda menyukainya, Anda tidak sendiri karena jutaan masyarakat dunia juga menyukainya.

Komposisi minuman ini hampir sama dengan minuman ringan lainnya, hanya saja ditambah dengan sedikit vitamin. Secara umum, minuman ini terdiri atas 90 persen air dan sisanya merupakan kombinasi dan pemanis buatan, gas C02, pencita rasa, pewarna, asam fosfat, kafein, dan beberapa mineral, terutama aluminium. Hal yang paling mendasari kesukaan konsumen terhadap minuman ringan adalah rasanya yang manis dan efeknya yang menyegarkan.

Rasa manis selalu memiliki makna tersembunyi, yaitu kadar gula dan kandungan energi. Dampak bahan-bahan aditif juga harus diperhatikan. Di balik kesederhanaan komposisinya, banyak hal yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Dampak tersebut mungkin memang tidak seketika, tetapi akan dirasakan di masa mendatang apabila konsumsinya rutin dan berlebih.

Minuman ringan merupakan sumber tunggal penyumbang gula terbesar dalam susunan menu masyarakat Barat. Menurut Jacobson (2003), rasa manis yang terdapat di dalam sekaleng minuman ringan setara dengan tujuh sendok teh gula pasir. Menurut survei tahun 1997, 44 persen populasi anak laki-laki di AS mengasup hampir 34 sendok teh gula setiap hari akibat konsumsi minuman ringan. Sebaliknya, 40 persen anak perempuan mengasup 24 sendok teh gula per harinya, juga karena konsumsi minuman ringan.

Bila dihitung sumbangan energinya, berarti seorang anak laki-laki mengonsumsi 2.750 kilo kalori per hari, sedangkan anak perempuan sekitar 1.850 kalori per hari hanya dari minuman ringan. Padahal, menurut USDA, konsumsi gula harian yang normal hanya memberikan energi sebesar 1.600 kilo kalori.

Penyakit Jantung

Komposisi minuman ringan telah menimbulkan banyak pertanyaan tentang dampak kesehatan masyarakat di masa mendatang. Beberapa penelitian menunjukkan, minuman ringan merupakan biang keladi dari obesitas, osteoporosis, kerusakan gigi, penyakit jantung, batu ginjal, dan berbagai penyakit lainnya.


Obesitas

Obesitas merupakan penyakit kelebihan berat badan minimal 75 persen dari berat ideal. Obesitas merupakan faktor utama penyebab meningkatnya risiko diabetes, terutama diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Kegemukan yang berlebih juga mendatangkan penyakit psikologis dan sosial yang cukup parah. Penyebab utama obesitas adalah konsumsi makanan yang berlebihan, tanpa diimbangi aktivitas fisik dan olahraga. Konsumsi makanan yang berlebihan menyumbangkan banyak sekali energi (yang tidak berguna) ke dalam tubuh. Penyebab obesitas lainnya adalah karena keturunan (genetik).

Minuman ringan yang manis menyumbang sejumlah energi yang tidak dibutuhkan tubuh. Minuman ringan bertanggung jawab terhadap kelebihan asupan energi yang dapat menyebabkan obesitas. Sebuah penelitian menyebutkan, risiko obesitas yang dihasilkan minuman ringan lebih banyak menyerang anak-anak dan remaja, terutama laki-laki, daripada orang dewasa.


Kesehatan Tulang Dan Osteoporosis

Kebiasaan mengonsumsi minuman ringan menyebabkan jumlah konsumsi jenis minuman lainnya menurun, seperti konsumsi air dan susu. Hal ini menyebabkan konsumen minuman ringan kurang mendapat asupan kalsium.

Asupan kalsium yang rendah dapat menyebabkan dekalsifikasi tulang, tulang rapuh, dan akhirnya dapat berkembang menjadi osteoporosis. Hal ini sangat mengkhawatirkan, terutama bagi kaum wanita, karena apabila konsumen minuman ringan wanita memasuki masa menopause, asupan kalsium menjadi minim sekali. Kondisi ini dapat memacu terjadinya osteoporosis dalam waktu lebih cepat.

Kopassus Peringkat 3 Di Dunia



Wow Pasukan baret Merah milik Negara Indonesia masuk kedalam peringkat ke-3 di jajaran pasukan elit lainnya yang ada di dunia ini...wow keren uy. Ceritanya pada beberapa bulan yang lalu di tahun 2008 ada acara tentang pasukan khusus terbaik di dunia di sebuah stasiun TV di Discovery(Military Chanel). Dimana para ahli pengamat, dan analis militer di undang untuk melakukan penilaiannya. Untuk Penilaiaanya bukanlah terletak pada alat2 yg canggih
melainkan penilaiaanya berdasarkan keahlian, performa dan kemampuan individunya dan berikut tiga teratas:
1. SAS (Inggris),
2. IDF MOSSAD (ISRAEL),
3. KOPASSUS (Indonesia)

Mungkin ada yang heran kenapa pasukan elit Amerika tidak termasuk 3 besar. Menurut nara sumber itu dikarenakan mereka sangat bergantung pada peralatan dan perlengkapan militer berteknologi digital. Menurut analis militer lagi, sebuah pasukan elit haruslah memiliki skill individual yang bagus seperti menyerang, bertahan, penyamaran, strategi, ketahanan, gerilya, membuat jebakan, dan lain sebaginya. Dikatakan lagi bahwa satu prajurit Kopassus setara dengan lima orang prajurit biasa.

Fakta tentang Kopassus:
1.Kopassus memenangkan kejuaraan sniper menggunakan senjata buatan Indonesia.

2.Kopassus menduduki peringkat ke dua dalam pelaksanaan Strategi Operasi Militer.

3.80% pelatih militer negara-negara di Afrika utara berasal dari Kopassus

4.Pasukan khusus kamboja dilatih sejak lama oleh Kopassus

Yg jelas kita hrs bangga terhadap bangsa kita ini, setidaknya ada yg bisa d banggakan oleh bangsa kita tercinta ini.
Maju terus KOPASSUS, maju terus TNI, dan maju terus POLRI Republik Indonesia...!!!!!

Bayi Dapat Menerjemahkan Emosi


Penelitian terbaru menemukan bahwa bayi usia enam bulan dapat menerjemahkan emosi sebelum belajar bicara. Hal itu terungkap setelah para peneliti mempelajari 128 bayi, masing-masing 32 dari 4 kelompok umur (6, 12, 18, dan 24 bulan). Hasilnya, bayi dapat membedakan mana golongan anjing yang kasar dan tidak ramah, mana gonggongan yang bersahabat. Tak terkecuali bayi yang usianya baru enam bulan maupun bayi berusia hingga dua tahun. "Emosi ialah salah satu hal hal pertama yang diserap bayi dari lingkungan sosial", ujar Ross Flom yang merupakan seorang Profesor Psikologi dari Brigham Young University, Utah. Namun, perbedaan besar terletak pada reaksi. Artinya, bayi yang lebih besar memiliki respon berbeda dari bayi berusia enam bulan. Bayi berusia enam bulan akan fokus pada gambar itu, menunjukan bahwa ekspresi wajah galak, dengki saat menemukan gambar. Sementara itu, bayi berumur 1-2 tahun, walau mereka pun dapat memahami emosi anjing di gambar dengan tepat, mereka cenderung lebih acuh. Dalam riset sebelumnya tentang kecerdasan bayi, disebutkan pula bahwa bayi memperhatikan tanda-tanda kemampuan membaca ekspresi wajah dan lagu kalimat (intonasi) pada pembicaraan. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi waktu ketika ia mengamati dan merekam sesuatu.